Mungkinkah petani bisa mandiri?itu yang ada di benakku saat itu.Tahun 1983 masuklah PTP VI di sawit jaya yang memberikan janji-janji manis pada penduduk asli dayak paser pada saat itu untuk memberikan tanah peninggalan nenek moyang mereka secara Cuma-Cuma untuk konversi kelapa sawit dan bukan hanya itu masyarakat mereka pun dipekerjakan untuk membuka lahan dengan janji bahwa mereka akan di beri lahan transmigran dan kehidupan yang sejahtera untuk masyarakat asli.Dengan pengalaman kami yang dari pembukaan lahan sampai akan melakukan peremajaan selama pengalaman sekitar 25 tahun itu seharusnya kami sudah bisa mandiri dan tidak perlu mengikuti plasma lagi ataupun Pola Satu Manajemen ini, dan kamipun sudah bosan merasa di bohongi terus oleh pihak PTP.Tetapi dengan berjalannya peremajaan yang dilakukan oleh pihak PTPN banyak sekali pelanggaran yang terjadi.contoh seperti pengalaman ibu sri pujianti yang meminjam uang sebesar RP.4.000.000 ( empat juta rupiah) kepada pihak KUD dengan jaminan sertifikat tanah, dan ketika pinjaman itu sudah lunas dibayar oleh ibu sri pujianti kepada pihak KUD,menurut pihak KUD sertifikat itu sudah diambil oleh kepala desa, Mengetahui hal tersebut kemudian ibu Sri dan Suaminya meminta sertifikat miliknya kepada kades Desa Sawit Jaya, tetapi ibu Sri dan Suaminya malah dibentak oleh Kades, dan kades mengatakan bahwa surat pelimpahan hak milik yang pernah dibuatnya sudah tidak berlaku. Dan sertifikat miliknya tersebut telah diserahkan kepada PTPN XIII untuk didaftarkan sebagai peserta revitalisasi perkebunan.Berbeda dengan pengalaman ibu sri budi wahyuni,beliau menolak ikut peremajaan yang diselenggarakan oleh pihak PTPN, tetapi beliau dapat ancaman oleh kadesnya bahwa jika tidak ikut program replanting beliau tidak mendapatkan pupuk,tidak dapat menjual TBS ke PTPN,tidak boleh melewati jalan yang dibuat oleh PTPN (padahal selama beliau mengikuti Plasma beliau sudah membayar pembuatan jalan itu), dan yang paling membuat khawatir beliau jika tidak mau mengikuti program tersebut beliau diancam oleh kades, desa ini akan dijadikan SAMPIT KE 2 (karena beliau masyarakat transmigran), padahal jika mereka melakukan replanting sendiri anggaran yang mereka keluarkan sampai buah itu produksi jauh lebih sedikit dibanding mereka mengikuti program replanting,dan kami mampu untuk melakukan replanting itu sendiri, dengan pengalaman 25 tahun sudah cukup memberi pelajaran masalah sawit untuk menjadikan kami petani mandiri,ucapnya ketika saya tanyakan.Ketika saya menuju lokasi pada tanggal 17 maret 2011 saya melihat banyak pohon sawit mereka yang sudah disuntik mati,sehingga banyak masyarakat yang tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk sehari-hari, jadi bertambah sudah kemiskinan di negeri ini.Sekarang saya mengerti sebenarnya petani bisa mandiri jika saja pemerintah serius menangani kasus-kasus yang ada di petani.Petani bisa mandiri jika mereka bisa menyatukan diri dalam organisasi yang kuat, Petani bersatu pasti akan menang melawan ketidak adilan di tanah kami.
Daftar Blog Saya
Selasa, 31 Mei 2011
MENUJU PETANI MANDIRI, BANYAK RINTANGANNYA
Mungkinkah petani bisa mandiri?itu yang ada di benakku saat itu.Tahun 1983 masuklah PTP VI di sawit jaya yang memberikan janji-janji manis pada penduduk asli dayak paser pada saat itu untuk memberikan tanah peninggalan nenek moyang mereka secara Cuma-Cuma untuk konversi kelapa sawit dan bukan hanya itu masyarakat mereka pun dipekerjakan untuk membuka lahan dengan janji bahwa mereka akan di beri lahan transmigran dan kehidupan yang sejahtera untuk masyarakat asli.Dengan pengalaman kami yang dari pembukaan lahan sampai akan melakukan peremajaan selama pengalaman sekitar 25 tahun itu seharusnya kami sudah bisa mandiri dan tidak perlu mengikuti plasma lagi ataupun Pola Satu Manajemen ini, dan kamipun sudah bosan merasa di bohongi terus oleh pihak PTP.Tetapi dengan berjalannya peremajaan yang dilakukan oleh pihak PTPN banyak sekali pelanggaran yang terjadi.contoh seperti pengalaman ibu sri pujianti yang meminjam uang sebesar RP.4.000.000 ( empat juta rupiah) kepada pihak KUD dengan jaminan sertifikat tanah, dan ketika pinjaman itu sudah lunas dibayar oleh ibu sri pujianti kepada pihak KUD,menurut pihak KUD sertifikat itu sudah diambil oleh kepala desa, Mengetahui hal tersebut kemudian ibu Sri dan Suaminya meminta sertifikat miliknya kepada kades Desa Sawit Jaya, tetapi ibu Sri dan Suaminya malah dibentak oleh Kades, dan kades mengatakan bahwa surat pelimpahan hak milik yang pernah dibuatnya sudah tidak berlaku. Dan sertifikat miliknya tersebut telah diserahkan kepada PTPN XIII untuk didaftarkan sebagai peserta revitalisasi perkebunan.Berbeda dengan pengalaman ibu sri budi wahyuni,beliau menolak ikut peremajaan yang diselenggarakan oleh pihak PTPN, tetapi beliau dapat ancaman oleh kadesnya bahwa jika tidak ikut program replanting beliau tidak mendapatkan pupuk,tidak dapat menjual TBS ke PTPN,tidak boleh melewati jalan yang dibuat oleh PTPN (padahal selama beliau mengikuti Plasma beliau sudah membayar pembuatan jalan itu), dan yang paling membuat khawatir beliau jika tidak mau mengikuti program tersebut beliau diancam oleh kades, desa ini akan dijadikan SAMPIT KE 2 (karena beliau masyarakat transmigran), padahal jika mereka melakukan replanting sendiri anggaran yang mereka keluarkan sampai buah itu produksi jauh lebih sedikit dibanding mereka mengikuti program replanting,dan kami mampu untuk melakukan replanting itu sendiri, dengan pengalaman 25 tahun sudah cukup memberi pelajaran masalah sawit untuk menjadikan kami petani mandiri,ucapnya ketika saya tanyakan.Ketika saya menuju lokasi pada tanggal 17 maret 2011 saya melihat banyak pohon sawit mereka yang sudah disuntik mati,sehingga banyak masyarakat yang tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk sehari-hari, jadi bertambah sudah kemiskinan di negeri ini.Sekarang saya mengerti sebenarnya petani bisa mandiri jika saja pemerintah serius menangani kasus-kasus yang ada di petani.Petani bisa mandiri jika mereka bisa menyatukan diri dalam organisasi yang kuat, Petani bersatu pasti akan menang melawan ketidak adilan di tanah kami.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar